Suara.com - Baru-baru ini muncul kampanye yang menyuarakan pentingnya melindungi anak-anak dari bahaya susu kental manis. Menurut kampanye tersebut, susu kental manis tinggi gula dan miskin zat gizi. Namun kenyataanya, susu kental manis memang masih banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena harganya cenderung murah.
Lalu apa tanggapan pakar gizi? Ahmad Syafiq, PhD dari Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia mengatakan bahwa masyarakat sebaiknya tidak salah persepsi terhadap susu kental manis. Menurut dia, kandungan gula pada susu kental manis memang berfungsi sebagai pengawet alami sehingga mampu tahan lebih lama.
"Susu kental manis itu ditambahkan gula supaya awet alami dan mempertahankan daya simpannya," ujar Ahmad pada diskusi publik di Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Ia menambahkan, kelebihan konsumsi gula memang tidak baik. Namun bukan berarti harus menyalahkan susu kental manis sepenuhnya. Mengapa? Karena menurut Ahmad, banyak panganan dan minuman lain yang juga tinggi gula dan harus dibatasi konsumsinya."Kelebihan gula sudah pasti nggak baik. Tapi ya kalau sudah dapat dari susu maka jangan konsumsi gula dari makanan atau minuman manis lainnya," tambah dia.
Selain itu, menurut Ahmad, penelitian juga menunjukkan bahwa kecukupan energi masyarakat Indonesia masih kurang. Dan, salah satu sumber energi itu bisa didapat dari gula.
Beranjak dari kondisi ini, ia mengingatkan masyarakat untuk memiliki kontrol terhadap makanan yang dikonsumsinya.
"Di Indonesia angka kekurangan energi masih tinggi. Bahkan protein dari tubuh diambil untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga protein untuk tumbuh nggak optimal. Jadi, kalau bicara gula sebagai sumber energi memang nggak boleh berlebihan asal kebutuhan gizinya memang sudah tercukupi," jelas Ahmad panjang lebar.
Lalu apakah konsumsi susu kental manis tak baik bagi tubuh? "Kalau konsumsi gulanya kurang, boleh-boleh saja. Tapi kalau sudah lebih ya jangan, agar nggak jadi berlebihan," pungkas dia.
No comments:
Post a Comment