Suara.com - Jumlah pendaki gunung setiap tahunnya meningkat. Alasannya banyak anak muda yang menganggap kegiatan naik gunung sebagai cara untuk menikmati keindahan alam.
Sayangnya, peningkatan jumlah pendaki gunung setiap tahunnya tidak dibarengi dengan kesadaran mereka untuk membawa pulang sampah produk makanan dan minuman yang dibawa sebagai bekal.
Tak rela gunung yang begitu indah dikotori oleh sampah dari pendaki yang tak tahu diri, lahirlah komunitas peduli sampah gunung dan hutan Indonesia yang diberi nama Trashbag Community (TC) pada 11 November 2011.
Gerry Patra Prawira, perwakilan dari Trashbag Community mengatakan bahwa kini pendaki gunung bukan hanya berasal dari mereka yang memang memiliki kecintaan terhadap aktivitas pendakian, namun juga berasal dari wisatawan yang sekadar ingin ikut tren untuk mendaki gunung.Akibatnya, pengetahuan yang kurang terhadap cara memerlakukan gunung membuat para wisatawan ini meninggalkan banyak sampah. Bahkan Gerry menyebut dampak dari penumpukan sampah di gunung dapat mengganggu habitat makhluk hidup lainnya dan mencemari kualitas air.
"Gunung itu kan ada di hulu, jadi ketika mengalir ke hilir mengirimkan air maka kualitas air yang diminum masyarakat juga akan dipengaruhi kondisi gunung. Sehingga penting sekali untuk meningkatkan kesadaran bahwa gunung bukan tempat sampah," ujar Gerry ketika ditemui Suara.com belum lama ini.
Selain mempengaruhi kualitas air bersih yang akan digunakan masyarakat, sampah yang menumpuk di gunung juga dapat memicu bencana alam seperti tanah longsor. Belum lagi risiko rantai makanan yang berubah sehingga memicu kelangkaan makhluk hidup lainnya.
"Ketika saya ke Semeru 2009 lalu itu masih bisa melihat burung mendarat. Tapi sekarang nggak ada, karena habitat terganggu hama dari timbunan sampah," ungkapnya prihatin.
Selain itu, Gerry menambahkan bahwa masyarakat juga belum tersadarkan akan pentingnya membuang sampah-sampah kecil seperti bungkus permen atau puntung rokok yang dapat mengganggu metabolisme tanah.
"Dibandingkan botol minuman plastik, sampah puntung rokok lebih berbahaya. Cacing penggembur tanah bisa keracunan dan filter rokok juga membutuhkan waktu yang lama untuk terurai," ujarnya.
Untuk memulai aksinya, komunitas ini memiliki program Sapu Jagad yang menggerakkan anggota serta penggiat alam untuk mendaki dan membawa turun sampah di gunung mana pun yang ditemui. Mereka mencatat setidaknya 2,4 ton sampah berhasil dikumpulkan dari gelaran Sapu Jagad yang dihelat 2015.
Selain melakukan aksi nyata dalam membersihkan gunung dari sampah, komunitas yang sudah memiliki lebih dari 4000 anggota di Facebook ini juga melakukan edukasi ke komunitas pendaki lain dan juga para pelajar soal pentingnya menjaga kebersihan gunung.
"Edukasi kita masuk ke dalam sekolah-sekolah. Istilahnya kalau kita ngajarin yang tua kan sulit. Terus kita juga lakukan kontrol, jadi kita kerja sama dengan pihak terkait semacam taman nasional yang di daerah. Kita datang berkunjung mensosialisasikan program untuk menjamin kebersihan di gunung," terang Gerry merinci.
Bagi Anda yang memiliki visi sama dengan Trashbag Community dalam menjaga gunung dari sampah, tak ada salahnya bergabung dengan mereka. Caranya pun cukup mudah, kunjungi laman Facebook Trashbag Community, lalu ikuti kegiatannya yang terselenggara di berbagai daerah.
“Pesan kami singkat saja. Bawa pulang sampahmu karena gunung adalah salah satu tempat main kita. Jadi sudah seharusnya kita sadari, lindungi, lestarikan,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment