Suara.com -
Berkunjung ke Lasem, Anda akan disambut oleh suasana kampung Pecinan dan menarik kita ke abad 16. Sebagai kota yang kerap disebut sebagai “Tiongkok kecil”, Lasem hadir dengan peninggalan kelenteng serta rumah – rumah berarsitektur Tionghoa dan Indis. Salah satu bangunan kuno yang menarik untuk jadi destinasi Anda saat mengunjungi Lasem adalah Rumah Tegel. Bangunan tua di Jalan Raya Lasem ini terletak di samping Masjid Jami Lasem. Untuk masuk ke rumah ini kita harus melalui lorong menuju halaman belakang Rumah Tegel Lasem.
Menjejak kaki di rumah ini Anda akan merasakan suasana asri nan rindang dengan taman yang luas. Rumah berarsitektur Indis ini dulunya milik seorang Kapitan Lasem bernama Lie Thiam Kwie, yang merupakan seorang pengusaha tegel. Di halaman belakang terdapat pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1910. Di sisi selasar belakang rumah masih terdapat beberapa contoh tegel yang diproduksi oleh Rumah Tegel serta furnitur – furnitur antik yang mempercantik ruangan. Terpajang juga foto mendiang pemilik pabrik tegel, Lie Thiam Kwie. Semua pernak - pernik yang terpajang di sini seolah menjadi narasi kejayaan pabrik ini.
Rumah Tegel Lasem dahulu sangat terkenal dan kerap mengirimkan tegel-tegel ke wilayah Rembang, Juwana, Pati, Blora, Surabaya, Semarang dan Kudus. Stasiun Lasem pun menggunakan pabrik hasil produksi dari Rumah Tegel Lasem. Pabrik tegel ini menggunakan mesin yang didatangkan langsung dari Leipzig, Jerman. Oleh sebab itu, merek dagang dari pabrik Lie Thiam Kwie adalah LZ.
Seiring berjalannya waktu, permintaan untuk tegel kian berkurang. Kondisi pabrik pun kian memprihatinkan. Kini, pabrik tegel legendaris dari Lasem ini harus beralih fungsi menjadi pabrik paving block karena kalah bersaing dengan keramik. Rumah Tegel Lasem hadir untuk mewakili sisa kejayaannya di masa lampau.
No comments:
Post a Comment