Suara.com - Bila berselancar ke Instagram, Anda pasti kerap menemukan akun-akun penggiat kuliner, salah satunya KomunitasJangkrik Kuliner.
Mereka rajin mengunggah berbagai macam makanan mulai dari makanan jalanan, makanan rumahan, makanan restoran hingga makanan unik nan nyentrik.
Ya, komunitas yang dibentuk pada September 2017 ini rajin icip-icip dan unggah ke sosial media. Mereka terdiri dari 14 foodies atau penggemar makanan asal Jakarta.
"Komunitas ini dibentuk oleh Siska dari (platform) pergikuliner.com. Kami sama-sama hobi buat postingan instagram tentang makanan dan anggotanya adalah orang-orang yang sering review di perginkukiner.com dan sekarang menjadi grup kuliner," kata Rivan, salah satu anggota Komunitas Jangkrik Kuliner kepada Suara.com.
Pemilik akun @daddykuliner di Instagram ini mengatakan nama jangkrik dipilih, karena terinspirasi dari film lawas Warkop DKI.
"Dulu kan ada film Dono, Kasino, Indro, terus kalau selesai makan, kita bilang 'jangkrik bos', maksudnya agar dibayarin sama orang pergikuliner.com, tapi memang itu tugas dia juga. Kode-kode aja," terangnya.
Salah satu kegiatan dari komunitas ini, kata Rivan, mencari surga makanan yang ada di sekitaran Jabodetabek. Namun, lanjut dia, bukan berarti kegiatan hunting bersama tersebut membuat konten makanan yang mereka sajikan menjadi seragam.
"Misal ke restoran A, menu kan berbeda-beda. Kami punya selera masing-masing. Meski tempat hunting sama, tapi selera tetap masing-masing," kata lelaki yang kini sudah memiliki 84 ribu lebih pengikut di akun Instagram miliknya.
Hingga kini, ada sekitar 14 anggota komunitas Jangkrik Kuliner yang berasal dari latar belakang berbeda mulai dari pemilik restoran, wiraswasta, ibu rumah tangga, hingga drummer.
"Dalam sebulan minimal seminggu sekali kita hunting makanan. Tapi karena mulai banyak undangan, bisa dua kali seminggu. Tapi tergantung kesibukan masing-masing," tambah Rivan.
Salah satu kegiatan lain dari komunitas tertutup ini adalah melakukan diskusi makanan bersama. "Kadang-kadang kami juga beri masukan kepada pemilik usaha bukan hanya pergi makan dan foto-foto."
Bila menemukan makanan yang kurang sreg namun kadung diundang oleh sang pemilik restoran, Rivan dan kawan-kawan mengaku memiliki trik khusus.
"Kami menyiasati dengan tidak berbohong. Tidak bilang enak, paling hanya memberi info ada restoran baru dan menu-menunya ini. Atau bawa orang yang suka misal nenek, kan yang suka nenek saya bukan saya," katanya diselingi tawa.
Rivan juga bercerita bagaimana tak semua foodies di sosial media dapat dipercaya sebagai referensi makanan enak. "Kalau sekali dua kali bilang enak padahal tidak enak, ya nggak apa. Tapi kalau sudah berkali-kali, kok ini nggak bisa jadi referensi lagi ya," jelasnya panjang lebar.
Melihat banyaknya foodies di platform Instagram, Rivan mengakui bahwa profesi ini pada faktanya, sangat menguntungkan.
Untuk setiap seribu pengikut misalnya, biasa dihargai dengan Rp 10ribu. "Jadi kalau ada 10 ribu pengikut, sekali unggah bisa dihargai Rp 100 ribu," tutup Rivan.
Itulah mengapa profesi sambilan ini dapat dilakukan oleh semua orang. Bagaimana, suka jajan dan mau jadi selebgram
No comments:
Post a Comment