Suara.com - Masjid Serang yang terletak di jalan panggung nomor 141, kelurahan Nyamplungan, kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, dari luar tampak seperti bangunan kuno. Namun begitu memasuki bangunan dalam masjid, tampak perpaduan desain interior Jawa-Joglo. Apa keunikan dari Masjid Serang ini?
Memasuki ruangan utama Masjid Serang yang berukuran 14 x 14 meter ini, Anda akan mencium wewangian kayu gaharu yang identik dengan masyarakat Timur Tengah, khususnya Arab. Orang Timur Tengah konon lebih suka dengan wewangian yang berasal dari kayu gaharu sebagai pengharum ruangan.
Masjid Serang dibangun di sekitar kampung Arab (Arabische Kamp). Lokasinya berada di sekitar Masjid Ampel. Meski di sekitar sana terdapat kumpulan pedagang Jawa, Madura, dan India, tapi mayoritas masyarakat di sekitar Masjid Serang adalah keturunan Arab. Umumnya, para pedagang keturunan Arab itu berasal dari Hadramaut, daerah Yaman Selatan. Selain sebagai pedagang, mereka juga menyebarkan agama Islam.
Awalnya, bangunan masjid ini merupakan sebuah langgar (surau) yang dibangun sekitar tahun 1630, dan merupakan wakaf dari seorang saudagar kaya raya dari India bernama Srangh. Oleh karena itu, langgar ini pun dinamakan langgar Serang, yang berasal dari kata Srangh.
Masjid Serang memiliki desain arsitektur yang khas dengan menara yang menyerupai menara di Hadramut Yaman.
"Untuk meneruskan ghiroh (semangat) para habaib terdahulu, kita (Ta'mir Masjid Serang) mendirikan Chanel Syi'ar TV untuk meneruskan dakwah para habaib," ungkap Muhammad Abdurrahman Hasil Al Hadad, ketua takmir Masjid Serang.
Masih kata Abdurahman, keberadaan Syi'ar TV merupakan salah satu alat dakwah untuk meneruskan dakwah Islam, khususnya di kota Surabaya.
"Di bulan Ramadan seperti sekarang ini, biasanya kita isi dengan kegiatan kajian sore, live salat Tarawih, dan majelis bersama para ustad ba'da (setelah) Tarawih," katanya.
Saat ini, Masjid Serang sudah banyak berubah, terutama dari segi arsitekturnya. Tempat salat masih tetap berada di lantai dua, karena memang sejak awal, lokasi masjid ini adalah kawasan perdagangan yang cukup ramai dan padat, sehingga lantai bawahnya digunakan sebagai tempat berjualan atau berdagang.
Abdurahman mengungkapkan, yang menjadi ciri khas Masjid Serang adalah ritual budaya keagamaan dari Hadramaut Yaman Selatan, yaitu Gawafi. Gawafi merupakan ritual pembacaan Qasida dan kitab lama peninggalan Hadramud Yaman Selatan dan biasa dibacakan setelah salat Tarawih. "Gawafi dibacakan oleh 3 habaib (keturunan nabi) sembari melanjutkan tadarus Al Quran," katanya.
Selain ritual pembacaan Gawafi, Masjid Serang juga memiliki kebiasaan yang sering dilakukan ketika bulan Ramadhan tiba, yaitu salat Tasbih.
"Di sini, setiap bulan Ramadan di malam Jumat setelah salat Tarawih, ditambah dengan salat Tasbih," terang pria kelahiran Surakarta ini. (Moh Ainul Yaqin)
No comments:
Post a Comment