Suara.com - Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar Lawang Sewu ? Peninggalan Belanda yang identik dengan kesan mistis maupun horor? Persepsi semacam ini memang melekat erat dengan bangunan ikonik yang berada di kota Semarang ini.
Namun, menurut Silvia Ervina dari Universitas Pelita Harapan jurusan Desain Interior, Lawang Sewu lebih dari sekedar bangunan lama untuk menguji nyali atau menjadi latar foto di media sosial. Ia pun berusaha mengubah persepsi horor Lawang Sewu dengan ide desain yang mengusung kisah di balik Museum Kereta Api ini yang dilombakan dalam ajang Asia Young Designer Award (AYDA).
"Konsepnya dua kata, emotional readers. Jadi aku ambil dari background Lawang Sewu itu sendiri. Orang tahunya bangunan lama, tapi tahu nggak kalau Lawang Sewu itu Museum Kereta Api. Jadi ide desain saya adalah bagaimana agar pengunjung mendapatkan pengalaman dan emosi yang kuat saat berkunjung ke Lawang Sewu," ujar Silvia pada Suara.com, Jumat (1/2/2019).
Silvia mengatakan, ide desain yang diajukannya adalah membuat story line di beberapa area Lawang Sewu. Sehingga pengunjung bisa menyerap cerita sejarah dengan cara yang menyenangkan. Beberapa miniatur kereta api menurutnya penting diletakkan di beberapa area bangunan Lawang Sewu sehingga lebih kaya akan pengalaman sejarah.
"Sebagai cagar budaya tentu Lawang Sewu tidak bisa sembarangan dirombak. Tapi dari 5 bangunan yang saya angkat bangunan B, ada desain baru yang saya usung yakni membuat basement tiga lantai sehingga pengunjung bisa dituntun ke bawah untuk melihat perjalanan Lawang Sewu pada zaman dahulu," imbuh dia.
Atas dasar ide desain interior yang diajukannya ini, Silvia berhasil menyabet gelar Gold Winners AYDA kategori Desain Interior mewakili Indonesia di ajang 'Asia Young Designer Summit 2018/19'.
Selain Silvia, pemenang lainnya dari kategori Arsitektur adalah Daniel dari Universitas Kristen Petra yang mengajukan ide perumahan untuk nelayan.
Kedua pemenang AYDA Indonesia ini akan berkompetisi dengan perwakilan dari 14 negara lainnya untuk mendapatkan gelar 'Asia Young Designer of the Year' dan beasiswa di Harvard University Graduate School of Design (GSD), berupa Summer School Program di Harvard University Graduate School of Design (GSD) di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.
CEO Decorative Paints Nippon Paint Indonesia, Jon Tan, mengatakan pelaksanaan AYDA adalah bentuk komitmen Nippon Paint untuk mendukung perkembangan industri Arsitektur dan Desain Interior di Indonesia. Pemilihan pemenang sendiri berdasarkan tema AYDA 2018-19, yakni 'Forward - Challenging Design Boundaries', dimana desain dirancang untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan progresif dengan tujuan menciptakan dampak positif pada lingkungan, masyarakat dan generasi masa depan.
“Penyelenggaraan tahun ke-7 AYDA di Indonesia merupakan wujud dari sinergi yang lebih solid, dimana tahun ini kami berdampingan dengan berbagai universitas terbaik di Indonesia yang menjadikan tema kompetisi AYDA ini ke dalam tugas mahasiswa- mahasiswi ," ujar Tan.
Melalui konsep 'Nurturing through Mentoring', AYDA menurutnya tidak hanya hadir sebagai ajang kompetisi, namun juga wadah bimbingan dari para profesional melalui rangkaian kegiatan seperti coaching session hingga networking, sebagai persiapan menuju dunia kerja sesungguhnya.
"Kami akan terus berupaya mengembangkan AYDA sebagai sebuah wadah pembelajaran yang holistik, dengan mengajak lebih banyak pihak untuk terlibat, baik dari kalangan akademisi, profesional, dan juga pemerintah. Dengan adanya sinergi ini, kami yakin dapat memberikan manfaat yang lebih besar, terutama bagi para mahasiswa-mahasiswi yang kelak akan mengisi dan mengembangkan industri kreatif Indonesia di masa depan," tandasnya.
No comments:
Post a Comment