JawaPos.com – Alih wahana sastra dari teks ke dalam bentuk audio menjadi keasyikan bagi Difalitera. Hingga akhir 2019 lalu, sedikitnya mereka telah merekam pembacaan 200 lebih karya-karya sastra. Semua rekaman itu didokumentasikan ke dalam bentuk digital yang dapat diakses publik. Keasyikan itu kini menjadi alternatif bagi difabel netra mengakses karya sastra dengan lebih mudah. Pelan-pelan, Difalitera kukuh sebagai platform literasi berbasis digital yang inklusif.
’’Kerja ini dimaksudkan untuk memberi pilihan bacaan karya sastra kepada difabel netra meskipun tak menutup untuk publik,’’ tutur Indah Darmastuti, pengelola Difalitera. Selain cerpen, puisi, dan cerita anak berbahasa Indonesia, Difalitera juga mengalihwahanakan cerita cekak atau cerita pendek bahasa Jawa ke dalam bentuk audio. Indah menyebut, selain menyebarkan audio sastra melalui laman difalitera.org, mereka juga menyediakan isian berupa pelajaran Bahasa Inggris tingkat dasar.
’’Konten belajar Bahasa Inggris tersebut muncul dari permintaan teman-teman difabel netra,’’ katanya. Indah mengakui, kanal English Lesson (EL) di laman Difalitera belum berisi materi-materi mahir berbahasa Inggris tingkat lanjut. Pengelolaan EL dilakukan oleh tim kecil berisi pengajar Bahasa Inggris yang menyediakan diri untuk bergabung. Untuk mengisi materi EL tingkat lanjut, saat ini Indah dan teman-temannya masih terus mencari format yang tepat sesuai kebutuhan dengan menimbang aksesbilitas difabel netra untuk kemudahan pembelajaran.
’’Kami harus mengolah dan melakukan ujicoba apakah karya yang kami buat sudah sesuai yang diiginkan teman-teman,’’ katanya. Indah tidak sendirian mengelola Difalitera. Bersamanya ada Endah Fitiana sebagai editor merangkap illustrator dan Ruri Putri Kriswanto menjadi pengelola laman. ’’Untuk penutur selama ini cukup banyak. Kami akan membentuk penutur tetap. Mereka adalah Noer Admaja, Astuti Parengkuh, Yessita Dewi, Luna Kharisma dan Ilona Joline,’’ terang Indah. Difalitera juga mempunyai Liston P. Siregar sebagai kontributor tetap yang berdomisili di London. Selain melalui laman mereka sendiri, Difalitera juga menjalin kerjasama dengan Radio Mosintuwu di Tentena, Poso, dalam menggarap dan menyiarkan konten.
Difalitera memilih selalu terbuka kepada para penulis dan penutur untuk ikut terlibat. Mulai tahun ini, mereka bekerjasama dengan InterSastra yang diinisiasi oleh Eliza Vitri bersama tim. ’’Kami pelan-pelan akan mengaudiokan karya sastra yang sudah diterbitkan di InterSastra dalam edisi dwibahasa,’’ kata Indah. Saat ini, isian sastra suara di laman Difalitera cukup memberikan banyak pilihan bagi pendengarnya.
Ada karya-karya sastra dari angkatan 80-an hingga generasi milenial yang telah direkam dan siap didengarkan oleh siapa saja. Pada masa mula-mula mengembangkan Difalitera, Indah dan teman-temannya dibantu oleh Agatha, seorang difabel netra. Darinya para penutur dapat mengetahui bagaimana melisankan teks sesuai kebutuhan difabel netra pendengar Difalitera. Selain beraktifitas di dunia maya, Difalitera rutin menggelar pertemuan di teras perpustakaan asrama difabel netra di SLB YKAB, Jagalan, Solo. ’’Kami memberi nama aktivitas setiap hari Minggu ini Teras Difalitera,’’ kata Indah. Teras Difalitera menjadi ruang pembacaan sastra dalam bentuk novel.
"suara" - Google Berita
January 06, 2020 at 11:53PM
https://ift.tt/39JCdO4
Literasi Inklusif via Sastra Suara - Jawa Pos
"suara" - Google Berita
https://ift.tt/2QI8pbK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment