Driver ojol di sekitar Jabodetabek meminta adanya kenaikan tarif, sementara itu driver di daerah meminta agar tarif tidak dinaikkan. Salah satu yang menolak kenaikan tarif adalah para driver ojol di Lampung.
Ketua umum Gaspool Lampung mengatakan pihaknya menolak kenaikan tarif ojol karena saat ini jumlah driver ojol terlalu berlebihan, hal ini membuat driver menjadi sepi order karena terlalu banyak saingan. Dia menilai di tengah sepinya order, tarif naik tidak akan menaikkan omset driver ojol.
"Gaspool Lampung memandang belum tepat menggunakan senjata tersebut saat ini (menaikkan tarif ojol), disaat driver ojol jumlahnya berlebih dan cenderung belum ada pembatasan. Sehingga menyebabkan omset driver ojol saat ini semakin sepi atau 'anyep'," ungkap Miftahul dalam keterangannya, dikutip Kamis (6/2/2020).
Miftahul juga menilai kenaikan tarif ojol hanya akan menyebabkan driver makin menderita. Pasalnya penumpang pun bisa saja tidak akan menggunakan ojol kalau tarifnya naik lagi, setelah kenaikan tarif sebelumnya dinilai masih mengagetkan konsumen.
"Kenaikan tarif di saat situasi seperti ini diyakini malah akan semakin menyebabkan ojol menderita, karena konsumen yang masih belum pulih benar pasca kenaikan tarif 6 bulan lalu, dan harus naik lagi saat ini. Yang dikhawatirkan adalah gejolak yang timbul dari sisi konsumen dan menyebabkan driver ojol akan semakin sengsara di tengah anyep orderan yang melanda saat ini," jelas Miftahul.
Respons asosiasi ojol
Sementara itu menurut Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, untuk di luar Jabodetabek tarif ojol lebih baik penentuannya diberikan kepada pemerintah daerah.
"Tarif ojol lebih baik diberikan kepada mekanisme Daerah atau provinsi dan ditentukan berdasarkan regional provinsi. Jadi merubah dari sistem tarif zonasi ke sistem tarif provinsi, daerah dapat menentukan tarif sendiri," kata Igun lewat keterangannya.
Igun juga menilai untuk zona Jabodetabek lebih baik tarif tidak dinaikkan. "Untuk tarif ojol di Jabodetabek, Garda menyarankan agar tarifnya tetap, tidak dinaikan apalagi jangan sampai diturunkan," ungkapnya.
Sementara itu apabila pemerintah mau menaikkan tarif, Igun meminta agar kenaikannya tidak lebih dari 10%. Igun sendiri mengakui modal untuk driver ojol memang meningkat.
"Namun apabila harus ada kenaikan tarif ojol, Garda meminta kepada regulator supaya kenaikan tarif maksimal 10%. Mengingat biaya modal operasional ojol mengalami kenaikan," kata Igun.
Sebelumnya, Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Ahmad Yani mengatakan pembahasan kenaikan tarif ojol ini cukup alot karena suara driver ojol soal tarif terbagi menjadi dua.
Ada driver yang ingin tarifnya tidak naik. Di sisi lain ada yang mengusulkan tarif harus naik. Dia meneruskan, bagi driver di daerah banyak yang tidak ingin tarifnya dinaikkan. Sementara itu driver di Jabodetabek meminta kenaikan tarif.
"Pembahasannya tuh alot ini. Ada (driver) yang minta nggak naik (tarifnya) juga. Di daerah itu minta begitu (tidak naik). Sekarang yang minta naik (driver) Jabodetabek," kata pria yang akrab disapa Yani saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Senin (27/1/2020).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sendiri mengatakan, untuk pembahasan naiknya tarif ojol ada tiga pihak yang dilibatkan yakni operator aplikasi ojek online, driver dan pengguna jasa. Dia mengatakan 2-3 minggu ke depan pihaknya menargetkan pembahasannya selesai.
"Memang ada kecenderungan dari pengemudi minta suatu kenaikan dan oleh aplikator pasti boleh-boleh saja begitu ya. Kira-kira 2-3 minggu lah (pembahasan selesai)," ujar Budi Karya di gedung Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta, Senin (3/2/2020).
Simak Video "Rapat dengan DPR, Driver Ojol Sampaikan Sejumlah Keluhan"
[Gambas:Video 20detik]
(hns/hns)
"suara" - Google Berita
February 06, 2020 at 01:06PM
https://ift.tt/2Uvac7q
Driver Ojol Tak Satu Suara Minta Tarif Naik - detikFinance
"suara" - Google Berita
https://ift.tt/2QI8pbK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment