JAKARTA, Investor.id – Tidak banyak orang yang mendengar ataupun melihat bahwa dari balik dinding rumah sakit, tenaga medis saat ini sedang berjibaku menyembuhkan pasien yang terkena virus corona (COVID-19). Mereka tidak memperhatikan nyawanya sendiri demi menolong sesama.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto mengatakan ada tenaga kesehatan yang terpapar virus corona atau Covid-19 saat memberikan layanan kesehatan kepada pasien positif, dan meninggal dunia.
Dokter dan tenaga medis jarang sekali bersuara di media. Mereka hanya bekerja tanpa kenal lelah. Dengan berbagai keterbatasan peralatan, mereka tidak mengeluh. Bekerja dengan hati untuk menolong pasien. Keluarga? Seringkali dinomorduakan demi mengikuti panggilan jiwa untuk menolong sesama.
Menghadapi penyebaran virus corona yang demikian masif ini, mereka hanya minta pengertian dari masyarakat untuk sadar akan bahaya virus corona. Tanpa kesadaran semua pihak, virus akan terus menjadi ANCAMAN. Tak hanya ancaman kesehatan, tetapi juga sendi-sendi ekonomi yang mulai rapuh dan pada akhirnya menggilas semuanya.
Lihat saja, bagaimana sektor keuangan jungkir balik akibat kekhawatiran resesi ekonomi sebagai dampak penyebaran COVID-19 yang sudah menjadi pendemi global. Semua aset investasi dalam sekejap merosot, tajam, seperti saham yang harganya turun 50% secara year to date, juga komoditas lain yakni minyak. Belum lagi dampak lockdown dari sejumlah negara yang merugikan banyak korporasi.
"Kami tetap bekerja untuk Anda. Dan Anda tetap di rumah untuk kami," kata dr Hari Putranto L Mahdi, SpBS, SPKL dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk kepada Investor Daily, Kamis (19/3/2020). Permintaan yang sangat sederhana dibanding dengan pengorbanan mereka yang tidak mempedulikan nyawanya sendiri untuk menyembuhkan pasien terpapar COVID-19.
Meski dia tidak menangani secara langsung pasien yang terkena COVID-19, dr Hari sangat mengapresiasi rekan-rekannya di RS rujukan yang tak kenal lelah menolong pasien. Lantas kenapa kita yang sehat susah sekali mengikuti anjuran dokter dan tenaga medis untuk tinggal di rumah? Tidakkah kita sadar kalau setiap kaki melangkah, kita bisa menjadi pembawa viirus (carrier) yang bisa membunuh sesama? Atau kalau kita dalam kondisi tidak sehat, kita sendiri yang terpapar virus corona?
Ketua Komisi IX DPR, Felly Estelita Runtuwene, mengakui bahwa kesiapan tenaga medis di Indonesia jika terjadi ledakan kasus COVID-19, sangatlah kurang. Maka itu gerakan social distancing atau mengurangi kontak fisik demi menghindari penyebaran virus harus benar-benar dilaksanakan semua pihak.
"Kita memang tak bisa berharap pada tenaga medis semata. Makanya kita dorong juga tindakan promotif preventif. Karena kalau sudah ada kejadian, kita pasti tidak mampu," kata Felly, saat dihubungi Beritasatu.com, belum lama ini.
Dengan penduduk yang lebih dari 250 juta, sehebat apapun persiapan medis Indonesia, menurut dia, takkan mampu menghentikan penyebaran Covid-19 jika tak didukung oleh tindakan pencegahan oleh warga sendiri. “Karena itu, saya meminta masyarakat ikut meringankan beban mereka dengan melakukan tindakan-tindakan pencegahan secara mandiri,” katanya.
Kurangi Aktivitas di Luar
Dokter Hari Putranto menekankan perlunya masyarakat mengurangi aktivitas di luar agar wabah virus corona tidak semakin meluas. Mengapa harus tinggal di rumah? Karena orang sehat pun berpotensi menularkan virus.
Masa penularan virus corona minimal 2-14 hari sampai muncul gejala. Artinya orang tersebut bisa tetap merasa sehat meski ternyata sudah terinfeksi virus COVID-19. Jika orang tersebut jalan-jalan ke tempat lain, bisa saja virus itu menjangkiti lainnya.
Ia berharap semua warga Indonesia harus mau patuh untuk tidak ke mana-mana atau keluar rumah kecuali untuk hal yang sangat perlu dan tidak bisa digantikan. "Usahakan tetap di rumah," katanya.
Menurut WHO, penyebaran COVID-19 melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Tetesan itu kemudian mendarat di benda atau permukaan yang disentuh dan orang sehat. Lalu orang sehat ini menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus itu bisa menyebar ketika tetesan itu terhirup langsung oleh orang sehat ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.
"Itu sebabnya penting untuk menjaga jarak minimal satu meter lebih dari orang yang sakit," ujar WHO dalam situsnya, Jumat (20/3/2020).Yang harus dipahami, beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa sakit. Namun berbahaya bagi sesama karena bisa menularkan virus.
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah jantung atau diabetes, lebih rentan terkena virus tersebut.
Gejala orang yang terpapar virus corona umumnya adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan terjadi secara bertahap.
Tetapi tak perlu khawatir berlebihan karena banyak juga yang terkena virus ini bisa sembuh. "Kuncinya adalah memperkuat imunitas," kata dokter Hari Putranto. Caranya dengan makan dan minum yang sehat, berolahraga, dan istirahat yang cukup, sertaminum vitamin yang diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dan jangan lupa tetap tinggal di rumah jika tidak ada kepentingan urgen. Itu perlu dilakukan agar kita tidak terpapar, bahkan menjadi penyebar virus tersebut.
RS Persahabatan yang menjadi salah satu rujukan pasien COVID-19, kemarin melaporkan bahwa dua pasien yang terpapar virus corona telah sembuh. Dengan tambahan ini, maka total pasien yang pulih di RS tersebut mencapai 9 orang.
Sumber : Investor Daily
"suara" - Google Berita
March 20, 2020 at 08:55AM
https://ift.tt/2WqrFix
Suara dari Balik Dinding Rumah Sakit - Investor Daily
"suara" - Google Berita
https://ift.tt/2QI8pbK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
No comments:
Post a Comment