Rechercher dans ce blog

Tuesday, March 10, 2020

Puas Bunuh Bocah, Membaca Perilaku dan Kejiwaan NF Lewat Psikolog Forensik - Suara.com

Suara.com - Beberapa waktu lalu, warga di Jakarta dihebohkan dengan kasus pembunuhan balita di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat. Pasalnya, pembunuhan dengan cara sadis itu dilakukan oleh gadis 15 tahun berinsial NF, yang masih duduk di bangku SMP.

NF membunuh korban berinisial APA (6) dengan sadis. Korban ditenggelamkan ke dalam bak mandi, lalu jasadnya disumpal dengan tisu, diikat dan disimpan di dalam lemari. Bocah yang dibunuh NF tak lain adalah anak tetangga yang biasa bermain dengan adik tersangka.

Bahkan, NF mengaku tak menyesal dan merasa puas dari keterangan yang disampaikan polisi ketika merilis kasus tersebut pada Minggu (8/3/2020) lalu. 

Terkait kasus ini, Psikolog Forensik Reza Indragiri yang dihubungi Suara.com melalui pesan elektronik WhastApp, Senin (9/3/2020) malam berpendapat citraan fiksi berdarah dingin seolah-olah berhimpun pada diri NF. Alasannya, tindak pidana yang dilakukan NF bisa dikatakan sebagai perbuatan di luar batas kemanusiaan.

"Sejujurnya, selama puluhan tahun saya berkecimpung di dunia perlindungan anak dan berjumpa dengan anak-anak yang melakukan perbuatan pidana, remaja putri yang satu ini bisa dibilang sebagai anak dengan kelakuan paling di luar batas kemanusiaan," kata Reza kepada Suara.com, Senin malam.

Guna mengetahui kondisi kejiwaan yang sesungguhnya dalam diri NF, maka diperlukan pemeriksaan yang lebih seksama. Perilaku sadisme NF yang sebelumnya digambarkan oleh polisi membuat masyarakat ingin ada hukuman yang berat bagi NF.

"Berhadapan dengan gambaran tentang perbuatan pelaku yang masih begitu sadis, kiranya tidak sedikit warga masyarakat yang berharap pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya," ungkap Reza.

Untuk itu, Reza berharap agar keinginan adanya punishment bagi NF untuk dievaluasi kembali. Alasannya, akar persoalan anak dengan perilaku Callous Unemotional (CU) --istilah umum bagi anak berkepribadian psikopat-- bukan pada lapisan kepribadian semata.

Sejumlah pakar, kata Reza, menemukan adanya bagian otak para psikopat yang tidak merespons sebagaimana orang umumnya. Bentuk penelitian itu berupa membandingkan respons otak subjek psikopat dan subjek nonpsikopat dengan diperlihatkan serangkaian foto maupun video dramatis.

"Seketika, bagian tertentu pada subjek non-psikopat terlihat merespons. Manifestasinya adalah pemunculan perasaan sedih, takut, marah, iba, kecewa, dan reaksi-reaksi afektif lainnya," jelas Reza.

Sementara itu, subjek psikopat pada bagian otaknya tidak merespons. Dalam hal ini, bagian otak yang ditelisik berurusan dengan masalah empati.

"Akibatnya, pada diri subjek psikopat tidak ada perubahan suasana hati sama sekali. Itulah yang diyakini sebagai sebab-musabab mengapa individu psikopat atau callous unemotional nampak tidak memiliki perasaan penyesalan dan ketakutan betapa pun ia telah melakukan perbuatan yang tidak pantas," papar Reza.

Ihwal Hukuman

Dari fakta tersebut, ujar Reza, tidam sepatutnya anak dengan pribadi Callous Unemotional tidak dihukum selayaknya anak atau orang dewasa dengan pidana pembunuhan biasa. Reza menggaris bawahi untuk tidak melabeli anak dengan pribadi Callous Unemotional sebagai pelaku kejahatan.

"Sampai di sini, penting dipahami bahwa tidak serta-merta kondisi psikopati atau callous unemotional menjadikan orangnya sebagai pelaku kejahatan," kata Reza.

Reza berpendapat, perlu ada faktor ekternal untuk meletupkan predisposisi jahat menjadi perilaku jahat. Faktornya pun beragam, mulai dari tontonan kekerasan hingga penyebab orang tua jadi pemicunya.

"Tontonan kekerasan, perceraian orang tua, dan kondisi prasejahtera bisa menjadi faktor-faktor pemicu tersebut. Ditambah lagi dengan pengabaian masyarakat sekitar dan wilayah yang jauh dari tertata," jelas Reza.

Reza menjelaskan, sejumlah ilmuan turut memberi perhatian pada empat dimensi yang terdapat pada orang dengan pribadi Callous Unemotional. Empat dimensi tersebut adalah impulsivitas, agresi, sifat manipulatif, dan defiant.

Reza menyebut, umumnya para psikopat dan orang dengan pribadi Callous Unemotional cenderung berperilaku manipulatif. Dalam hal ini, baik memanipulasi situasi dan orang lain maupun mengamuflase diri sendiri.

"Keempat dimensi tersebut, khususnya sikap manipulatif, mendatangkan tantangan tersendiri bagi para penyidik kepolisian dan personel pendukung lainnya. Mereka perlu sangat berhati-hati untuk tidak menelan begitu saja apa pun yang dikemukakan pelaku," kata dia. 

"Misalnya, apakah jawaban anak-pelaku adalah nyata atau tak lebih rekaan belaka? Dengan segala tindak-tanduk sopannya, apakah yang bersangkutan memang benar-benar telah menyesali perbuatannya, atau justru sedang membaca reaksi lawan bicaranya agar nantinya bisa dia manfaatkan? Andai pelaku menunjukkan gelagat perubahan perilaku yang positif di depan terapisnya, apakah dia sejatinya sedang merancang strategi tertentu agar bisa mendapat rekomendasi positif dari terapisnya?"

Let's block ads! (Why?)



"suara" - Google Berita
March 10, 2020 at 12:57PM
https://ift.tt/3aIi6zs

Puas Bunuh Bocah, Membaca Perilaku dan Kejiwaan NF Lewat Psikolog Forensik - Suara.com
"suara" - Google Berita
https://ift.tt/2QI8pbK
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

No comments:

Post a Comment

Search

Featured Post

Mysterious noise irking Tampa residents may be fish mating loudly: 'Pretty uncommon phenomenon' - New York Post

Residents of Tampa, Florida have reported hearing strange noises coming from the bay for years, and now scientists believe it may be fish ...

Postingan Populer