Suara.com - Pengembangan seni tari merupakan salah satu agenda utama Dewan kesenian Jakarta atau DKJ. DKJ sendiri merupakan wadah untuk pengembangan dan penciptaan kreativitas di DKI Jakarta dan merupakan mitra strategis Gubernur DKI Jakarta.
Untuk itu, DKJ lewat Komite Tari mengembangkan wadah baru bernama Jakarta Dance Meet Up (JDMU) yang sudah melakukan acara secara berkala sejak awal 2017. "Ini bagian dari tugas kami memperhatikan wilayah komunitas tari. Komunitas tari di Jakarta itu banyak sekali dan beragam. Bukan hanya tari tradisional, tetapi juga sekolah non formal seperti balet maupun tari kontemporer," terang Ketua Komite Tari DKJ, Hartati di hadapan media, Senin, (28/8/2017).
Ajang JDMU diupayakan menjadi ajang pemetaan, memfasilitasi dan merangkul komunitas tari untuk memberikan ruang apresiasi dan edukasi yang berkelanjutan bagi pelaku seni tari di Jakarta yang dianggap minim kesempatan.
Belum lagi, kata Hartati, di Jakarta, kelompok dan komunitas tari sudah sangat beragam dan masyarakat Jakarta perlu untuk melihat keberagaman tersebut."Di Jakarta, komunitas tari sangat beragam dan ini yang harus kita jaga. Ini bagian dari kampanye yang ingin kami katakan kepada Pemda (DKI Jakarta), harus segera memberikan perhatiaan pada komunitas tari secara keseluruhan," terangnya.
Senada dengan Hartati, Danang Soerjono yang menjadi moderator dalam acara Pers Conference Ajang JDMU di Galeri Cipta III, Taman Ismail Jakarta mengatakan bahwa pemahanan penonton tari di Jakarta sudah tak lagi sempit. "Kemarin (acara JDMU pertama), penonton tari tradisi menikmati tari-tarian modern yang dianggap sedikit sensual dan penonton modern tidak bergeming ketika melihat tarian tradisional," ungkap Danang.
Pada 30 Agustus 2017 DKJ akan kembali menggelar Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta. Di acara tersebut akan tampil beberapa komunitas tari modern, kontemporer hingga tradisonal seperti Ali Dance Company, Chiva Production, Namarina Dance Academy, serta Sanggar Tari Cipta Budaya.
No comments:
Post a Comment